• image01

    Game

    Review

  • image02

    Game

    Making

  • image03

    Personal

    Opinion

  • image04

    Retro

    Gaming

  • image05

    Movie

    Talk

  • image06

    Wayang

    Stories

  • image07

    Pop

    Culture

12 April 2017

Ghost in The Shell (2017): Untuk yang belum pernah nonton versi Anime

  • Title: Ghost in the Shell
  • Director: Rupert Sanders
  • Starring: Scarlett Johansson, Takeshi Kitano
  • Production: Dreamworks

Sinopsis
Di masa depan di mana tubuh manusia mulai diimplan dengan mesin, Seorang cyborg dari sebuah Lembaga keamanan publik Section 9, Mira Killian alias Major  menyelidiki kasus serangan hacker kepada seorang pejabat yang tidak disangka akan berhubungan keberadaan dirinya sebagai jenis pertama dari "sebuah cangkang" yang diisi "jiwa"

Prolog
Saat mendengar Ghost in the Shell (GitS) akan diadaptasi menjadi versi Hollywood, hal yang saya pikirkan adalah menunggu reviewer Indonesia mem-posting Review mereka, dan tidak menonton versi Animenya dulu. Kenapa? Reviewer Indonesia menurut saya memiliki segmen tontonan yang luas mulai dari Hollywood, Mandarin, Korea, Jepang, Anime, India, dan tentu dalam negeri sendiri. Alasan kedua, adalah GitS versi 1995 dianggap sebuah masterpiece, sedangkan sering kali versi Hollywood "menghancurkan" ekspetasi. Saya menonton versi anime  2 hari setelah memutuskan untuk menonton versi Theaternya,, dan berikut review sok tahu dari saya

Cerita yang kurang kompleks, dan cukup mudah ditebak
Mengambil tema dunia futuristik, terutama masalah teknologi Cyborg, kecerdasan buatan (AI) dan teknologi keamanan jaringan, saya tentu mengharapkan cerita yang kompleks, dan penuh twist layaknya film yang terinspirasi dari GitS macam The Matrix, atau film soal AI seperti EX-Machina.
Sayangnya, film ini seperti terlambat rilis 15 tahun, sehingga tema, dan cerita yang diusung jadi terkesan biasa saja, kurang kompleks, dan cukup mudah ditebak. Twist ada tapi entah kenapa kurang Nendang Soekamti, tetapi secara umum ceritanya cukup bagus, apalagi untuk masyarakat awam.

Tampilan kota futuristik yang menawan
Untuk departemen visual, saya tidak mau berkomentar banyak. Pekerja departemen ini sudah bekerja dengan baik sehingga mampu menampilkan kota futuristik yang menawan, lengkap dengan kehidupan urban dari berbagai kelas masyarakat, dan kemajuan teknologi

Mbak ScarJo yang (terlalu) mencuri perhatian
Lepas dari isu Whitewashing yang nanti saya bahas, Mbak Scarlett Johansson cukup sukses memerankan peran Major dengan action menawan, dan nude suit yang... ah sudahlah. Kekurangan mbak ScarJo adalah kurangnya emosi, dan terkesan terlalu dingin. Beda dengan Major versi anime Stand Alone Complex  (SAC)yang meski terkesan tomboy, tetapi masih memiliki emosi, dan sisi kemanusiaan, termasuk terhadap koleganya.
Sayangnya, karena plot terlalu fokus terhadap Major, peran anggota Section 9 lainnya jadi kurang bersinar, padahal jika boleh dibandingkan dengan versi Anime SAC yang baru 10 episode saya tonton, Setiap anggota Section 9 memiliki keistimewaan yang membuat mereka menjadi team yang solid , dan Major bukanlah seorang One-Woman-show yang selalu tampil sebagai pahlawan sendirian.
Oh ya! Jangan berharap ada adegan Takeshi Kitano mukul anggota Section 9 pakai kipas karena mereka gagal menjalankan misi, dan mereka berteriak, " Ampun, Yang Mulia!!"
Duh, Mbak

Tanggapan Isu Whitewashing, dan Originalitas Plot
Dunia maya marah karena ScarJo yang mendapat peran sebagai Major. Bukan karena kualitas akting ScarJo yang tidak perlu diragukan lagi sebagai Black Widow di Franchise MCU, tetapi lebih karena Major tidak diperankan oleh seorang artis dari Jepang. Saya sih ga begitu peduli dengan hal ini karena ada scene yang menjelaskan hal ini, dan menurut saya cukup masuk akal.
Setelah membandingkan cerita film ini dengan versi Anime, plot utama versi film ini cukup original, meski pun beberapa scene tetap setia dengan versi animenya. Perbedaan plot terbesar adalah fokus utama film ini adalah mengungkap masa lalu Major, yang justru di versi animenya jarang diungkap, atau hanya sekilas saja. Dan saya akui, kompleksitas plot GitS anime versi 1995 (bahkan versi serial Stand Alone Complex) lebih baik daripada adaptasi Hollywood ini.

Ampun, yang mulia!!!
Scoring:
Keputusan tepat untuk menonton versi Hollywood ini dahulu, daripada menonton versi anime tahun 1995. Film ini lebih mudah diterima oleh masyarakat awam, termasuk saya yang waktu itu belum menonton sama sekali franchise Ghost in the Shell. Untuk sebuah adaptasi anime, plot film ini tidak sekompleks ekspetasi saya, apalagi jika dibandingkan dengan versi animenya, tetapi didepartemen visual OK lah. Setidaknya versi Hollywood ini jauh lebih baik daripada Franchise anime/ manga/ game lain yang diadaptasi oleh Hollywood lainnya yang tidak perlu saya jelaskan.
Score 7 untuk keseluruhan film, ditambah 0,5 karena adaptasi Hollywood dari anime yang lebih baik. Total 7.5
 

Mengenai Saya

Foto saya
Saya seorang pekerja swasta di Bidang Teknologi Informasi terutama Game Industry. Saya menggunakan Blog sebagai penyaluran minat saya. Sekedar informasi, Foto Profil itu foto saat SMA medio 2005 an

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.