Dunia Perwayangan terutama Wayang Purwa biasanya menyadur dari Epos India yaitu Mahabharata dan Ramayana. Mahabharata berfokus pada kisah perselisihan keluarga antara Pandawa 5, dengan sepupunya yaitu 100 Kurawa, sedangkan Ramayana berfokus pada Perjalanan Rama Wijaya dalam menyelamatkan istrinya Sinta dari cengkraman si raja bengis Rahwana.
Jika disuruh memilih diantara kedua Epos itu, saya dengan mantab memilih Mahabharata. Kenapa? karena Mahabharata adalah kisah tentang konflik antar manusia baik secara fisik atau pun, batin yang membuat tokoh-tokoh Mahabharata memiliki sifat yang sangat manusiawi dengan kelemahan, dan keunggulan masing-masing. Di Mahabharata kita bisa melihat tokoh antagonis seperti Duryudana bersedia mengangkat derajat seorang anak kusir menjadi seorang Adipati, sementara Pandawa malah mengolok-ngolok anak kusir itu. Arjuna yang termasyur ketampanan dan kesaktiannya pun pernah nyaris memperkosa istri Bambang Ekalaya, dan tentu saja jangan melupakan si anak kusir tadi, yang bernama Adipati Karna yang hidupnya penuh dilematis karena ia harus memilih antara membela adik-adiknya, yaitu Pandawa, atau membela Kurawa yang berjasa mengangkat derajatnya.
Bagaimana dengan Ramayana? Bukannya saya membencinya tetapi harus diakui ramayana selalu dikisahkan terlalu berat sebelah antara hitam, dan putih, terutama saat saya kecil. Rama selalu dikisahkan sebagai orang yang patut dibela dan dikasihi karena istrinya diculik. Sedangkan Rahwana, sang Antagonis selalu dikisahkan tokoh penjahat super, diktator, raja yang bengis nan kejam.
Seiring beranjaknya usia, saya juga belajar melihat sisi lain yang tersembunyi dari tokoh-tokoh Ramayana, terutama Rahwana yang jika dipikir dari segi kemanusiaan justru merupakan pemimpin ideal
Berbakat dan bertekad baja sejak kecil
Kelahiran Rahwana versi perwayangan sangat tragis, ayah ibunya dibunuh di hutan oleh kakak Rahwana sendiri yaitu Dananjaya. Sejak kecil. Rahwana, dan adik-adiknya dirawat oleh para jin hutan. Karena sejak kecil hidup sengsara,, ia bertekad menjadi orang yang sakti dan bisa hidup abadi. Untuk it ia rela bertapa dengan berdiri dengan satu kaki di puncak gunung. Kagum atas tekad dalam bertapa Rahwana, Sang Betara Guru menganugerahi dia umur sepanjang jagat.
Rahwana lalu mengabdi pada kakeknya Prabu Sumali, dan bertekad membalas kematian orang tuanya. Untuk itu ia belajar ilmu kesaktian dengan paman-pamannya yang sakti. Dalam setahun, ia sudah menyedot abis ilmu paman-pamannya, bahkan mengimbangi kemampuan mereka
Berpikir ke depan, dan cerdas
Saat melawan kakaknya Dananjaya, Rahwana mengalami kekalahan karena Dananjaya memiliki ajian Rawarontek yang membuat penganutnya dapat berkali-kali hidup dari kematian selama tubuhnya menyentuh tanah. Melihat keadaannya terjepit, Rahwana memohon ampun dan berjanji akan mengabdi kepada Dananjaya, asalkan Dananjaya mengampuni ketiga pamannya.
Setelah itu, Rahwana banyak belajar ilmu kesaktian dan tata pemerintahan dengan Dananjaya, dan ia membuktikan bakatnya menjadi raja. Di satu kesempatan, Dananjaya mewariskan Rawarontek dan tahta kepada Rahwana. Setelahnya ia membunuh Dananjaya, dan menjadi raja di negeri Dananjaya yang berubah nama menjadi Alengka. Ia pun mengangkat paman-pamannya menjadi Patih.
Rahwana terlihat licik, tetapi dia juga cerdas. Tahu kapan harus bertindak dan mengambil sikap saat menghadapi situasi sulit. Ia juga berpikir ke depan. Dengan mengabdi dengan Dananjaya, ia dapat menguasai kesaktian, dan kecerdasan Dananjaya yang pasti akan berguna dikemudian hari.
Kemampuan Management yang mumpuni, dan kemampuan melihat bakat orang lain
Rahwana mengangkat ketiga pamannya menjadi Patih, terutama Prahasta. Tindakan ini bukan langkah sembarangan karena Rahwana tahu bahwa Paman-pamannya sebagai pewaris tahta kakeknya ,Prabu Sumali memiliki bakat dalam ilmu pemerintahan.
Ia pun mengangkat adiknya yang tukang kritik, yaitu Wibisana menjadi penasihat raja. Dia sadar karena meski pun sering menentangnya, Wibisana memiliki kebijaksanaan yang pasti berguna saat menghadapi jalan buntu dalam mengambil kebijakan terutama dalam pemerintahan.
Ia pun juga miliki kemampuan leadership, dan management pemerintahan yang hebat, terbukti meski pun berwatak keras, dan tegas, Ia mampu mengangkat derajat Kerajaan Alengka menjadi kerajaan yang kaya, sejahtera, dikagumi sekaligus ditakuti negara tetangga-tetangganya
Tidak segan belajar ilmu baru
Meski pun sudah menjadi Raja besar, bukan berarti ia menjadi lengah, dan bermalasan-malasan. Di saat tertentu dia keluar istana untuk berguru pada orang-orang sakti, salah satunya adalah resi Subali karena tidak mampu ia kalahkan. Dari Resi Subali, ia mendapatkan ajian Pancasona yang membuatnya akan terus hidup selama terkena tiupan angin. Tentu saja dengan akal bulus khas Rahwana dengan mengadu domba resi Subali, dengan adiknya Sugriwa
Womanizer, tapi menghormati wanita
Rahwana terkenal pula sebagai Raja yang mata keranjang. Dalam menimba ilmu kepada orang-orang sakti, tak jarang ia "diberi bonus" untuk menikahi anak perempuan dari orang sakti itu, yang tentu saja diterima dengan senang hati oleh Rahwana.
Beberapa kejadian, ia mendapatkan wanita dengan usaha yang keras. Salah satunya dengan menyerang khayangan demi mendapatkan cinta Dewi Tari. Tindakannya yang terkenal tentu saja dengan menculik Sinta.
Di sisi lain, Meski pun terkenal Playboy, tetapi ia terbukti menghormati para wanita. Ada 2 bukti utama, yaitu pertama, anak-anak dari Rahwana, dan para istrinya bersedia mengorbankan nyawa demi membendung serangan para Wanara. Jika Rahwana, tidak menghormati para istrinya, tidak mungkin ada anak-anaknya yang mengabdi sepenuh hati kepada ayahnya karena mengecewakan ibunya,
Bukti kedua, Rahwana menempatkan Sinta di taman yang indah, lengkap dengan kebutuhan, dan para dayang. Ia diperlakukan ibarat Ratu. Rahwana pun berusaha kerad menaklukan hati Sinta dengan cara-cara yang halus seperti rayuan-rayuan maut, emas permata, meski pun sebenarnya ia bisa saja melakukan cara-cara keras, bahkan memperkosa Sinta, tetapi, ia tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan hati seorang wanita sepenuhnya jika melakukan dengan cara yang keras
Penjajah yang kejam?
Harus diakui bahwa Rahwana memang menjajah dan menaklukan banyak negeri, tetapi jika kita melihat kultur pada jaman tersebut dimana belum ada Perjanjian Hak Asasi Manusia, saling menjajah antar negeri adalah hal yang lumrah. Bahkan salah satu bukti kedigjayaan suatu negeri adalah dengan menaklukan negeri-negeri lain. Contoh nyata? Majapahit
Dan namanya penjajah pasti melakukan tindakan-tindakan prosedural, termasuk melakukan penindasan, dan pembantaian terutama pada negara yang membandel. Tetapi, tampaknya Alengka adalah salah satu penjajah yang "cerdas" karena tidak hanya menuntut upeti tahunan, tetapi juga membangun negeri yang ditaklukan. Hal ini terbukti kalau Alengka adalah negara terkaya dan terbesar di jaman itu. Tentu saja hal itu tidak mungkin tercapai jika Alengka "hanya" menyedot kekayaan negeri yang ditaklukan.
Cinta mati pada Sinta
Salah satu kelemahan terbesar Rahwana adalah ia cinta mati terhadap Sinta. Bahkan menjelang kekalahannya, Rahwana tetap enggan menyerahkan Sinta kepada Rahwana. Tetapi, apakah benar hanya karena Cinta mati? Ada 3 versi berbeda untuk hal ini.
Versi pertama, adalah versi yang kita tahu bersama bahwa Rahwana memang cinta mati kepada Sinta.
Versi kedua, adalah versi RA Kosasih, yaitu bahwa Sinta adalah anak Rahwana yang ditukar oleh Wibisana saat masih bayi dengan seorang bayi laki-laki yang nantinya bernama Indrajit, dan Rahwana tidak mengetahuinya. Sehingga bisa dibilang kalau hubungan Rahwana dengan Sinta sejak tidak direstui bagaimana pun yang terjadi.
Yang menarik adalah versi dari Pitoyo Amrih. Hampir seperti R.A Kosasih hanya saja Rahwana sejak awal tahu bahwa Sinta adalah putrinya. Jika versi ini yang kita pegang, maka perlakuan yang diberikan Rahwana kepada Sinta adalah cinta seorang ayah kepada putrinya yang telah lama hilang.
Lalu rayuan-rayuan Rahwana terhadap Sinta? Well anggap saja cara ayah merayu anak putrinya yang sedang ngambek dan bete sehingga mengurung diri di kamar.
Lalu kenapa ia tidak menyerahkan Sinta pada Rama jika ia tahu bahwa ia adalah ayah kandung Sinta? Ternyata permintaan Rahwana cukup mudah. Ia hanya ingin Rama menghadap dengan sikap gentleman dan memohon restu untuk meminang Sinta kepada calon mertua yang asli.
Mungkin sekian catatan liar saya. Tentu saja saya tidak berusaha membantah bahwa Rahwana adalah tokoh yang bengis, kejam, mata keranjang, dan licik tetapi saya hanya berusaha para pembaca sedikit megenal sisi lain dari Rahwana yang memenuhi kriteria pemimpin ideal
Jika disuruh memilih diantara kedua Epos itu, saya dengan mantab memilih Mahabharata. Kenapa? karena Mahabharata adalah kisah tentang konflik antar manusia baik secara fisik atau pun, batin yang membuat tokoh-tokoh Mahabharata memiliki sifat yang sangat manusiawi dengan kelemahan, dan keunggulan masing-masing. Di Mahabharata kita bisa melihat tokoh antagonis seperti Duryudana bersedia mengangkat derajat seorang anak kusir menjadi seorang Adipati, sementara Pandawa malah mengolok-ngolok anak kusir itu. Arjuna yang termasyur ketampanan dan kesaktiannya pun pernah nyaris memperkosa istri Bambang Ekalaya, dan tentu saja jangan melupakan si anak kusir tadi, yang bernama Adipati Karna yang hidupnya penuh dilematis karena ia harus memilih antara membela adik-adiknya, yaitu Pandawa, atau membela Kurawa yang berjasa mengangkat derajatnya.
Bagaimana dengan Ramayana? Bukannya saya membencinya tetapi harus diakui ramayana selalu dikisahkan terlalu berat sebelah antara hitam, dan putih, terutama saat saya kecil. Rama selalu dikisahkan sebagai orang yang patut dibela dan dikasihi karena istrinya diculik. Sedangkan Rahwana, sang Antagonis selalu dikisahkan tokoh penjahat super, diktator, raja yang bengis nan kejam.
Seiring beranjaknya usia, saya juga belajar melihat sisi lain yang tersembunyi dari tokoh-tokoh Ramayana, terutama Rahwana yang jika dipikir dari segi kemanusiaan justru merupakan pemimpin ideal
Berbakat dan bertekad baja sejak kecil
Kelahiran Rahwana versi perwayangan sangat tragis, ayah ibunya dibunuh di hutan oleh kakak Rahwana sendiri yaitu Dananjaya. Sejak kecil. Rahwana, dan adik-adiknya dirawat oleh para jin hutan. Karena sejak kecil hidup sengsara,, ia bertekad menjadi orang yang sakti dan bisa hidup abadi. Untuk it ia rela bertapa dengan berdiri dengan satu kaki di puncak gunung. Kagum atas tekad dalam bertapa Rahwana, Sang Betara Guru menganugerahi dia umur sepanjang jagat.
Rahwana lalu mengabdi pada kakeknya Prabu Sumali, dan bertekad membalas kematian orang tuanya. Untuk itu ia belajar ilmu kesaktian dengan paman-pamannya yang sakti. Dalam setahun, ia sudah menyedot abis ilmu paman-pamannya, bahkan mengimbangi kemampuan mereka
Berpikir ke depan, dan cerdas
Saat melawan kakaknya Dananjaya, Rahwana mengalami kekalahan karena Dananjaya memiliki ajian Rawarontek yang membuat penganutnya dapat berkali-kali hidup dari kematian selama tubuhnya menyentuh tanah. Melihat keadaannya terjepit, Rahwana memohon ampun dan berjanji akan mengabdi kepada Dananjaya, asalkan Dananjaya mengampuni ketiga pamannya.
Setelah itu, Rahwana banyak belajar ilmu kesaktian dan tata pemerintahan dengan Dananjaya, dan ia membuktikan bakatnya menjadi raja. Di satu kesempatan, Dananjaya mewariskan Rawarontek dan tahta kepada Rahwana. Setelahnya ia membunuh Dananjaya, dan menjadi raja di negeri Dananjaya yang berubah nama menjadi Alengka. Ia pun mengangkat paman-pamannya menjadi Patih.
Rahwana terlihat licik, tetapi dia juga cerdas. Tahu kapan harus bertindak dan mengambil sikap saat menghadapi situasi sulit. Ia juga berpikir ke depan. Dengan mengabdi dengan Dananjaya, ia dapat menguasai kesaktian, dan kecerdasan Dananjaya yang pasti akan berguna dikemudian hari.
Kemampuan Management yang mumpuni, dan kemampuan melihat bakat orang lain
Rahwana mengangkat ketiga pamannya menjadi Patih, terutama Prahasta. Tindakan ini bukan langkah sembarangan karena Rahwana tahu bahwa Paman-pamannya sebagai pewaris tahta kakeknya ,Prabu Sumali memiliki bakat dalam ilmu pemerintahan.
Ia pun mengangkat adiknya yang tukang kritik, yaitu Wibisana menjadi penasihat raja. Dia sadar karena meski pun sering menentangnya, Wibisana memiliki kebijaksanaan yang pasti berguna saat menghadapi jalan buntu dalam mengambil kebijakan terutama dalam pemerintahan.
Ia pun juga miliki kemampuan leadership, dan management pemerintahan yang hebat, terbukti meski pun berwatak keras, dan tegas, Ia mampu mengangkat derajat Kerajaan Alengka menjadi kerajaan yang kaya, sejahtera, dikagumi sekaligus ditakuti negara tetangga-tetangganya
Tidak segan belajar ilmu baru
Meski pun sudah menjadi Raja besar, bukan berarti ia menjadi lengah, dan bermalasan-malasan. Di saat tertentu dia keluar istana untuk berguru pada orang-orang sakti, salah satunya adalah resi Subali karena tidak mampu ia kalahkan. Dari Resi Subali, ia mendapatkan ajian Pancasona yang membuatnya akan terus hidup selama terkena tiupan angin. Tentu saja dengan akal bulus khas Rahwana dengan mengadu domba resi Subali, dengan adiknya Sugriwa
Womanizer, tapi menghormati wanita
Rahwana terkenal pula sebagai Raja yang mata keranjang. Dalam menimba ilmu kepada orang-orang sakti, tak jarang ia "diberi bonus" untuk menikahi anak perempuan dari orang sakti itu, yang tentu saja diterima dengan senang hati oleh Rahwana.
Beberapa kejadian, ia mendapatkan wanita dengan usaha yang keras. Salah satunya dengan menyerang khayangan demi mendapatkan cinta Dewi Tari. Tindakannya yang terkenal tentu saja dengan menculik Sinta.
Di sisi lain, Meski pun terkenal Playboy, tetapi ia terbukti menghormati para wanita. Ada 2 bukti utama, yaitu pertama, anak-anak dari Rahwana, dan para istrinya bersedia mengorbankan nyawa demi membendung serangan para Wanara. Jika Rahwana, tidak menghormati para istrinya, tidak mungkin ada anak-anaknya yang mengabdi sepenuh hati kepada ayahnya karena mengecewakan ibunya,
Bukti kedua, Rahwana menempatkan Sinta di taman yang indah, lengkap dengan kebutuhan, dan para dayang. Ia diperlakukan ibarat Ratu. Rahwana pun berusaha kerad menaklukan hati Sinta dengan cara-cara yang halus seperti rayuan-rayuan maut, emas permata, meski pun sebenarnya ia bisa saja melakukan cara-cara keras, bahkan memperkosa Sinta, tetapi, ia tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan hati seorang wanita sepenuhnya jika melakukan dengan cara yang keras
Penjajah yang kejam?
Harus diakui bahwa Rahwana memang menjajah dan menaklukan banyak negeri, tetapi jika kita melihat kultur pada jaman tersebut dimana belum ada Perjanjian Hak Asasi Manusia, saling menjajah antar negeri adalah hal yang lumrah. Bahkan salah satu bukti kedigjayaan suatu negeri adalah dengan menaklukan negeri-negeri lain. Contoh nyata? Majapahit
Dan namanya penjajah pasti melakukan tindakan-tindakan prosedural, termasuk melakukan penindasan, dan pembantaian terutama pada negara yang membandel. Tetapi, tampaknya Alengka adalah salah satu penjajah yang "cerdas" karena tidak hanya menuntut upeti tahunan, tetapi juga membangun negeri yang ditaklukan. Hal ini terbukti kalau Alengka adalah negara terkaya dan terbesar di jaman itu. Tentu saja hal itu tidak mungkin tercapai jika Alengka "hanya" menyedot kekayaan negeri yang ditaklukan.
Cinta mati pada Sinta
Salah satu kelemahan terbesar Rahwana adalah ia cinta mati terhadap Sinta. Bahkan menjelang kekalahannya, Rahwana tetap enggan menyerahkan Sinta kepada Rahwana. Tetapi, apakah benar hanya karena Cinta mati? Ada 3 versi berbeda untuk hal ini.
Versi pertama, adalah versi yang kita tahu bersama bahwa Rahwana memang cinta mati kepada Sinta.
Versi kedua, adalah versi RA Kosasih, yaitu bahwa Sinta adalah anak Rahwana yang ditukar oleh Wibisana saat masih bayi dengan seorang bayi laki-laki yang nantinya bernama Indrajit, dan Rahwana tidak mengetahuinya. Sehingga bisa dibilang kalau hubungan Rahwana dengan Sinta sejak tidak direstui bagaimana pun yang terjadi.
Yang menarik adalah versi dari Pitoyo Amrih. Hampir seperti R.A Kosasih hanya saja Rahwana sejak awal tahu bahwa Sinta adalah putrinya. Jika versi ini yang kita pegang, maka perlakuan yang diberikan Rahwana kepada Sinta adalah cinta seorang ayah kepada putrinya yang telah lama hilang.
Lalu rayuan-rayuan Rahwana terhadap Sinta? Well anggap saja cara ayah merayu anak putrinya yang sedang ngambek dan bete sehingga mengurung diri di kamar.
Lalu kenapa ia tidak menyerahkan Sinta pada Rama jika ia tahu bahwa ia adalah ayah kandung Sinta? Ternyata permintaan Rahwana cukup mudah. Ia hanya ingin Rama menghadap dengan sikap gentleman dan memohon restu untuk meminang Sinta kepada calon mertua yang asli.
Mungkin sekian catatan liar saya. Tentu saja saya tidak berusaha membantah bahwa Rahwana adalah tokoh yang bengis, kejam, mata keranjang, dan licik tetapi saya hanya berusaha para pembaca sedikit megenal sisi lain dari Rahwana yang memenuhi kriteria pemimpin ideal