Hallo,
seperti janji saya yang lalu, saya akan memberi sedikit komentar pribadi soal film-film studio Ghibli Era 1980-an.. Komentar ini bersifat subyektif, dan pendapat pribadi saya tanpa berusaha memancing kerusuhan:
Nausica of the valley of the wind (1984)
Sebenarnya studio Ghibli belum berdiri saat film ini diproduksi tetapi, tim staff produksi film ini adalah pelopor studio Ghibli ke depannya. Sebagai generasi yang lahir di era 80-an, saya memiliki stereotype kalau kartun 80'an itu terkesan anak-anak, simple, dan mudah dimengerti. Saat menonton Nausica, mendadak stereotype itu berubah. Di awali dengan grafis dunia yang sangat details, tema tentang Post apocalypse, hingga cerita yang cukup berat tentang ramalan penyelamat dunia. Seperti menggabungkan tema antara Mad Max, dengan Starship Trooper ditambah ramalan-ramalan mesianik yang tersebar diberbagai kebudayaan dunia. Saya tidak percaya ada film anime seberat ini di era sebelum saya lahir.
Laputa Castle in the sky (1986)
Biasanya kisa petualangan seperti Indiana Jones identik dengan maskulinitas. Sosok wanita sering diberi peran sebagai sosok yang harus diselamatkan oleh karakter utama pria. Jikalau tidak diberi peran "orang yang merepotkan", wanita yang tangguh sering ditampilkan agak tomboy. Laputa berhasil menyingkirkan stereotype tersebut dengan tokoh utama wanita menjadi sosok sentral cerita yang tidak menunggu pasif seorang pahlawan berkuda putih menolongnya tapi dia aktif bergerak bersama karakter lain dalam petualangan. Tentu saja dengan tanpa menghilangkan kesan feminim.
My Neighbor, Totoro (1988)
Sebagai orang timur, kita pasti meyakini bahwa setiap tempat seperti pohon, hutan, dan batu memiliki "penjaga" tak kasat mata. Istilah Jawa nya "Sing Mbaureksa". Nah biasanya kita menganggap bahwa tempat yang ada penjaga tak kasat matanya itu angker, sakti, dan bisa membawa petaka sehingga perlu diberi persembahan, agar dapat hidup harmonis dengan kehidupan yang kasat mata. Ada juga yang percaya bahwa anak kecil yang masih polos bisa melihat sosok penjaga tersebut. My Neighbor Totoro adalah contoh bahwa sosok penjaga yang biasanya terkesan angker bisa menjadi sosok yang menyenangkan, lucu, dan menarik bagi anak-anak. Secara tidak langsung juga menjadi simbol kalau manusia bisa menjaga harmoni dengan alam, maka alam pun akan membantu manusia.
Graves of the Fireflies (1988)
Mengambil tema Perang Dunia II, studio Ghibli sepertinya ingin memberitahu sisi lain Perang dari sudut pandang korban perang. tentang 2 orang kakak beradik yatim piatu berusaha bertahan hidup selama masa perang dimana Jepang dibombardir oleh Sekutu. Tantangan kakak beradik ini tidak hanya serangan bom sekutu, tetapi juga wabah penyakit, dan penolakan sanak terdekat. Ini adalah film Ghibli yang paling melankolis. tonton saja
Kiki's Delivery Service (1989)
Pekerjaan apa yang akan kamu lakukan jika kamu seorang penyihir, dan memiliki sapu terbang. Tokoh utama film ini, seorang gadis penyihir memilih untuk menjadi petugas jasa pengiriman barang di sebuah kota modern. film ini adalah kisah keseharian Kiki dalam merintis karir sebagai petugas jasa pengiriman barang. Tema yang sederhana, tapi di tangan Ghibli menjadi terlihat sangat mewah, dan menjadi pengalaman menonton yang menarik tanpa perlu darah mengucur, atau ledakan-ledakan bom
seperti janji saya yang lalu, saya akan memberi sedikit komentar pribadi soal film-film studio Ghibli Era 1980-an.. Komentar ini bersifat subyektif, dan pendapat pribadi saya tanpa berusaha memancing kerusuhan:
Nausica of the valley of the wind (1984)
Sebenarnya studio Ghibli belum berdiri saat film ini diproduksi tetapi, tim staff produksi film ini adalah pelopor studio Ghibli ke depannya. Sebagai generasi yang lahir di era 80-an, saya memiliki stereotype kalau kartun 80'an itu terkesan anak-anak, simple, dan mudah dimengerti. Saat menonton Nausica, mendadak stereotype itu berubah. Di awali dengan grafis dunia yang sangat details, tema tentang Post apocalypse, hingga cerita yang cukup berat tentang ramalan penyelamat dunia. Seperti menggabungkan tema antara Mad Max, dengan Starship Trooper ditambah ramalan-ramalan mesianik yang tersebar diberbagai kebudayaan dunia. Saya tidak percaya ada film anime seberat ini di era sebelum saya lahir.
Laputa Castle in the sky (1986)
Biasanya kisa petualangan seperti Indiana Jones identik dengan maskulinitas. Sosok wanita sering diberi peran sebagai sosok yang harus diselamatkan oleh karakter utama pria. Jikalau tidak diberi peran "orang yang merepotkan", wanita yang tangguh sering ditampilkan agak tomboy. Laputa berhasil menyingkirkan stereotype tersebut dengan tokoh utama wanita menjadi sosok sentral cerita yang tidak menunggu pasif seorang pahlawan berkuda putih menolongnya tapi dia aktif bergerak bersama karakter lain dalam petualangan. Tentu saja dengan tanpa menghilangkan kesan feminim.
My Neighbor, Totoro (1988)
Sebagai orang timur, kita pasti meyakini bahwa setiap tempat seperti pohon, hutan, dan batu memiliki "penjaga" tak kasat mata. Istilah Jawa nya "Sing Mbaureksa". Nah biasanya kita menganggap bahwa tempat yang ada penjaga tak kasat matanya itu angker, sakti, dan bisa membawa petaka sehingga perlu diberi persembahan, agar dapat hidup harmonis dengan kehidupan yang kasat mata. Ada juga yang percaya bahwa anak kecil yang masih polos bisa melihat sosok penjaga tersebut. My Neighbor Totoro adalah contoh bahwa sosok penjaga yang biasanya terkesan angker bisa menjadi sosok yang menyenangkan, lucu, dan menarik bagi anak-anak. Secara tidak langsung juga menjadi simbol kalau manusia bisa menjaga harmoni dengan alam, maka alam pun akan membantu manusia.
Graves of the Fireflies (1988)
Mengambil tema Perang Dunia II, studio Ghibli sepertinya ingin memberitahu sisi lain Perang dari sudut pandang korban perang. tentang 2 orang kakak beradik yatim piatu berusaha bertahan hidup selama masa perang dimana Jepang dibombardir oleh Sekutu. Tantangan kakak beradik ini tidak hanya serangan bom sekutu, tetapi juga wabah penyakit, dan penolakan sanak terdekat. Ini adalah film Ghibli yang paling melankolis. tonton saja
Kiki's Delivery Service (1989)
Pekerjaan apa yang akan kamu lakukan jika kamu seorang penyihir, dan memiliki sapu terbang. Tokoh utama film ini, seorang gadis penyihir memilih untuk menjadi petugas jasa pengiriman barang di sebuah kota modern. film ini adalah kisah keseharian Kiki dalam merintis karir sebagai petugas jasa pengiriman barang. Tema yang sederhana, tapi di tangan Ghibli menjadi terlihat sangat mewah, dan menjadi pengalaman menonton yang menarik tanpa perlu darah mengucur, atau ledakan-ledakan bom
0 komentar:
Posting Komentar
Please do not spam and respect each other
Tolong jangan spam, dan saling menghormati