Kamen Rider Saber akhirnya kelar dengan meninggalkan kesan
yang sampai saya bingung buat ringkasan cerita saking kurang memorablenya Kamen
Rider Reiwa kedua ini. Intinya ada 2 dunia, wonder world, dan dunia manusia
dimana keseimbangan dunia itu dijaga oleh Ksatria Logos, tetapi ada kelompok
penjahat bernama Megido yang berusaha merusak
keseimbangan dengan merubah manusia menjadi megido. Seorang Novelis, bernama
Touma menjadi seorang ksatria logos bernama Saber.
Pertama, saya tidak bilang kalau Saber ini jelek. Malah sebaliknya
konsep cerita sudah menarik dengan tema Divine apokalips yang jika ditelaah
dengan ilmu filsafat sesat merupakan gambaran iman melawan godaan dosa, juga
hubungan antara dunia manusia, akhirat,
dan unsur mesianik yang menghubungkannya. Di sisi lain, beberapa sisi ceritanya mirip
lah dengan Dr Strange
Seperti yang kita tahu, Toei menjadikan Kamen rider sebagai
serial tahunan yang menghabiskan sekitar 45 - 50 an episode. Nah inti cerita
Saber itu sebenarnya hanya butuh sekitar 30 episode, sisa 20 episode harus
dikemanain? Yang buat memanjang-manjangkan cerita agar tercapai target. OK itu sudah
biasa dan masih bisa diterima serta ditoleransi. Apalagi kita orang Indonesia yang
familiar dengan durasi sinetron.
Masalahnya, cara memainkan cerita dalam menggunakan durasi
waktu untuk memanjangkan serial ini sangat buruk. Maksud saya adalah ada scene
yang sebenarnya bisa dipersingkat malah dibuat bertele-tele, sebaliknya hal-hal
penting yang bisa diperpanjang buat menutup plothole malah disampaikan dengan
sekilas. Itu juga yang membuat scene yang menjadi inti cerita Saber malah terpecah-pecah
dan tercampur dengan hal-hal yang ga penting. (yang mungkin penting buat kantong
Toei, karena berhubungan dengan Timeline jualan mainan).
Kedua, Serial Kamen Rider Saber ini seperti kebingungan arah mencari target audiens. Ceritanya cukup
rumit seperti serial untuk 13+, dan dibuat bersambung sehingga menimbulkan rasa
penasaran. Akan tetapi eksekusi cerita seperti serial anak-anak yaitu saat
keadaan terpuruk keajaiban terjadi akibat kekuatan tekad, semangat juang, persahabatan,
dan air mata. Yes!!! Banyak adegan nangis yang ga perlu di Saber yang bukan
bikin simpati tapi malah buat mikir bedanya sama sinetron apaan. Anehnya scene
yang membuat sedih malah tidak ada adegan nangisnya blas
Untungnya, setelah form terakhir keluar, cerita Saber mulai
naik. 10 episode terakhir bisa dikatakan fokus pada cerita utama menuju
klimaks, yang meski pun tidak mewah tapi bisa saya terima. Much better lah
meski pun kaya gabungan klimaks Saint Seiya, Evangelion, dan Avenger Endgame, serta
masih menyisakan plot hole, yang membuatnya tidak akan pernah masuk cerita kamen rider terbaik
Saran saya kalau mau nonton Kamen Rider Saber, bersabarlah
sampai sekitar 10 episode terakhir. Bersabarlah dengan episode bertele-tele,
adegan serial anak-anak, dan polah hiperaktif Mei Sudo yang saat berkata “Touma!
Touma!” malah mengingatkan saya pada Index yang sama-sama ngerepoti dan peran
ga penting
Sisi positif dari Saber adalah, design kamen Rider yang kreatif , cukup banyak koreografi pertarungan yang keren-keren walau hanya menggunakan pedang, lagu ending yang bagus, dan tentu saja… ANGELA MEI.