• image01

    Game

    Review

  • image02

    Game

    Making

  • image03

    Personal

    Opinion

  • image04

    Retro

    Gaming

  • image05

    Movie

    Talk

  • image06

    Wayang

    Stories

  • image07

    Pop

    Culture

17 November 2021

[REVIEW] Lightning Returns: Final Fantasy XIII, Manajemen Sang Juru Selamat

  • Genre: RPG
  • Year: 2013
  • Platform: PC
  • Developer: SQUARE ENIX CO., LTD. Tri-Ace


Jujur saja selama ini saya berpikir bahwa Final FantasyXIII  tidak memerlukan sekuel. Alasan utama saya adalah Final Fantasy XIII sudah ditutup dengan cukup indah dan berkesan, meski pun tidak semua orang setuju dengan ending yang semacam itu. Saya tetap berkeyakinan seperti itu meski pun, saya sudah memainkan dan menamatkan Lightning Return, seri ketiga franchise Final Fantasy XIII. Memang secara pribadi saya tidak mengakui Lightning Returns sebagai sebuah sekuel, akan tetapi sebagai seorang gamer, saya harus mengakui bahwa saya harus memberikan apresiasi pada game ini.

Lightning Return Title


Saat Lightning menjadi Sang Juru Selamat

500 tahun setelah tertidur dalam kristal, Lightning mendapati bahwa dunia telah diselimuti oleh Chaos.  Bhunivelze, Sang Dewa Cahaya meminta Lightning untuk menyelamatkan jiwa-jiwa manusia yang tersisa sebelum dunia kiamat dalam 13 hari. Bhunivelze juga berjanji akan membangkitkan kembali Serah, adik Lightning yang tewas 500 tahun lalu.

Lightning
Setelah tertidur 500 tahun, Lightning harus mengemban tugas baru

Dibayangi oleh rasa bersalah terhadap Serah di masa lalu , Lightning  pun menyanggupi permintaaan Bhunivelze. Dia pun bertindak sebagai Juru Selamat di dunia yang akan kiamat dalam 13 hari. Pekerjaan yang tidak mudah karena jiwa manusia hanya bisa diselamatkankan jika beban hati mereka selama ini terbebaskan, termasuk teman-teman Lightning yang telah berubah setelah 500 tahun tidak bersua. Belum lagi kehadiran gadis misterius bernama Lumina yang terus menganggu   Lightning dalam melaksanakan tugasnya sebagai Sang Juru Selamat

 

Jebakan Main Story

Dari segi penceritaan biasanya Game RPG, terutama dari franchise Final Fantasy terdiri dari Main Story, dan Side Story. Tentu saja Main story selayaknya ditulis dengan plot yang terbaik dari keseluruhan cerita game. Kalau bisa Main story harus mewah dan   berkesan di hati fans yang bahkan  bisa menjadi bahan perdebatan di antara fans untuk beberapa tahun ke depan. Sedangkan untuk side story, mau ditulis sebaik apa pun , biasanya tidak akan banyak dibahas oleh fans, bahkan diabaikan karena dianggap tidak akan berpengaruh pada cerita game, dan hanya sebagai pengantar untuk mendapatkan reward yang akan menyokong game misal item, senjata, equipment atau sekedar EXP untuk level up.

Snow
Teman-teman Lightning juga sudah berubah selama 500 tahun. Apa yang terjadi? Salah satu dari sekian banyak Quest akan mengungkapkannya

Harus saya akui bahwa main story dari Lightning Returns tidak istimewa, bahkan gampang ditebak alurnya mau di bawa kemana hanya dengan membaca sinopsis yang saya tulis di atas. Secara kualitas cerita, dan dramatisasi sebenarnya tidak bisa dibilang jelek, tapi berkesan di mata fans? Big no no  

Itu jika anda hanya terjebak pada Main story, seperti saat kita main serial FF sebelumnya. Jika anda menyempatkan diri untuk mengikuti cerita-cerita  dalam berbagai Quest baik Main Quest maupun Side Quest secara lebih terperinci, kita akan menemukan kemewahan dari keseluruhan cerita Lightning Returns. Yup, Sebagai Lightning, kita akan menyaksikan bagaimana frustasinya kehidupan manusia tidak dapat menua selama 500 tahun, dan terancam oleh chaos. Menyaksikan keluarga saling melupakan, rasa kehilangan orang terkasih, dan melihat bagaimana mereka tenggelam dalam keputusasaan.

Ada kepuasan tersendiri jika kita berhasil menyelesaikan  Quest tersebut. Tidak hanya karena  quest membuat karakter Lightning menjadi lebih kuat secara statistik, tetapi juga perasaan lega kalau kita bisa membantu melepaskan beban hati setiap orang yang membutuhkan bantuan  tersebut, apalagi situasi saat itu adalah hari-hari menjelang kiamat. Di beberapa kesempatan, Lightning juga  merenungkan setiap peristiwa yang telah ia selesaikan juga menjadi nilai tambah  dalam penceritaan.

Jika mengikuti proses penceritaan seperti ini dimana kita juga mempertimbangkan cerita-cerita dalam Main Quest mau pun side quest  sebagai bagian dalam Main Story, akan membuat keseluruhan cerita dari Lightning Returns terasa semakin relevan dalam mengangkat tema Mesianik  dan semakin mengikat kita secara emosional. Ini membuat kita lebih termotivasi untuk menyelesaikan game ini.

Sialnya, konsep penceritaan yang menarik ini, tidak bisa menyelamatkan minimnya ekspresi, dan emosi dari para karakter di game ini. Tidak hanya pada Lightning, tetapi juga para NPC yang sedikit banyak mengurangi rasa simpati kita terhadap masalah mereka, meski pun sebenarnya ada alasan untuk itu dalam cerita utama

 

Fashionable Battle System

Di dalam game ini, kita hanya akan mengendalikan Lightning, tanpa ada anggota party lain yang membantu kita. Jangan khawatir karena Battle System yang dinamai Change Style Attack Time Battle dalam game ini membuat kita serasa mengendalikan 3 anggota party, sambil peragaan busana. Bagaimana bisa? Jawabannya adalah adanya Schema

Schema adalah satu set kostum yang terdiri dari pakaian (garb) senjata, perisai, aksesoris, adornment dan ability. Kita memiliki kebebasan dalam merancang Schema kita sesuai dengan kebutuhan atau style bertarung kita. Patut diingat bahwa perubahan Equipment dalam Schema akan merubah statistik, dan ability  schema tersebut.

Schema
Perubahan Equipment dalam Schema akan mengubah statistik Schema tersebut

Bagian paling unik dalam Schema adalah Garb atau pakaian. Tidak hanya sekedar sebagai kosmetik yang mempercantik Lightning, Setiap Garb juga memiliki Auto-abilities, Ability, dan ATB point yang unik, misal ada Garb yang bagus buat tipe serangan fisik, serangan Magic, tipe pertahanan atau untuk Debuff.

Bicara soal Ability, setiap Schema menyediakan 4 ability yang bisa kita susun sendiri, kecuali apabila itu ability bawaan dari Garb. Ada 4 jenis ability yaitu serangan fisik, serangan Magic, Pertahanan, dan Debuff. Setiap ability memiliki ATB point yang berbeda tergantung seberapa besar dan signifikan dampak ability itu dalam pertarungan.

 Kita bisa menyiapkan 3 Schemata (bentuk plural dari Schema) utama untuk dibawa dalam pertarungan, dan menyiapkan 6 Sub-schemata sebagai cadangan yang bisa kita ganti sewaktu-waktu di luar pertarungan.

Dalam pertarungan, kita bisa terus menerus menggunakan ability sebuah Schema selama ATB bar Schema tersebut masih tersedia. Jika ATB bar ini habis, atau memang mau berganti strategi, kita bisa berganti ke 2 Schema utama lainnya yang sudah kita siapkan sembari menunggu ATB bar Schema itu terisi kembali.

Battle System
Untuk mengeksekusi Ability, diperlukan ATB bar

Pergantian Schema yang terus-menerus dalam pertarungan dengan pace yang cukup cepat  ini lah yang membuat kita seolah-olah mengendalikan 3 anggota party, meski pun kenyataan di lapangan hanya ada Lightning dalam pertarungan.

Sama seperti FFXIII terdahulu, strategi terbaik dalam pertarungan adalah membuat musuh menjadi “stagger”, yaitu saat pertahanan musuh menjadi lemah sehingga kita bisa memborbardir musuh dengan serangan terbaik, dan mempercepat penyelesaian pertarungan. Untuk mengetahui bagaimana membuat musuh menjadi “Stagger”, dan kelemahan musuh lainnya, kita bisa  menggunakan ability Libra, atau membeli info musuh di pedagang

Libra
Strategi terbaik adalah mencari tahu cara membuat musuh menjadi "Stagger"

Meski pun saya seorang slow hand Gamer, saya menyukai battle System ini yang membuat saya aktif menekan berbagai button joystick, dalam waktu yang relatif cepat, dan tentu saja memicu saya untuk lebih cepat menyusun strategi dalam mengatasi musuh, meski pun jujur saja saya sering meleset dalam menekan tombol ability atau salah ganti Schemata.

Pace yang relatif cepat ini memang membuat Battle system game ini lebih ke arah action RPG yang sayangnya, terasa nanggung karena tidak didukung dengan gerakan karakter yang luwes  untuk menghindari serangan musuh. Sebagai gantinya, kita kudu memanfaatkan ability pertahanan seperti Guard untuk menahan serangan musuh yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi ini.

Masalah berikutnya adalah jika terjadi banyak animasi serangan dalam pertarungan, terkadang membuat Lightning “menghilang” karena tertutup oleh banyaknya animasi.

too many effect
Banyaknya animasi saat pertarungan membuat Lightning seolah menghilang

Manajemen, Manajemen, dan Manajemen

Entah disadari atau, tidak, sejatinya bermain game RPG itu juga belajar manajemen, baik manajemen Party, Equipment atau Item. Hanya saja, Lightning Returns memberi saya pelajaran manajemen yang lebih banyak dari RPG yang selama ini saya mainkan.

Pertama, adalah manajemen Schemata. Seperti yang  saya singgung sebelumnya, kita bisa menyiapkan 3 Schemata utama, dan 6 Schemata cadangan. Itu berarti kita harus menyusun 9 Schemata terbaik dari begitu banyaknya garb, Senjata, Aksesoris, dan ability yang kita dapatkan. Tentu saja kita juga kudu mempertimbangkan apakah  Schemata itu cocok untuk musuh tertentu, atau malah bisa menjadi penyebab kekalahan kita.

schemata sort
Memilih 9 Schema terbaik? bukan masalah mudah

Kedua, manajemen Recovery item. Biasanya di game-game FF terdahulu, kita bebas membeli recovery item seperti  ramuan penyembuh, ramuan untuk revive atau ramuan untuk buff. Selain itu kita pun bebas menggunakan Recovery item itu dalam petarungan selama kita masih memiliki persediaan. Sialnya, fitur yang ‘enak’ ini tidak diimplementasikan di Lightning Returns, malah membatasi kita dengan hanya boleh membawa 6 Recovery Item. Hal ini diperburuk jika ada Quest yang meminta kita mengorbankan slot recovery Item. Keterbatasan ini membuat kita mau tidak mau mempertimbangkan Recovery items apa yang perlu kita bawa.

Ketiga, Manajemen Quest. Sebagai sang Juru Selamat, tentu saja banyak jiwa-jiwa yang perlu diselamatkan oleh Lightning yang direpresentasikan dengan berbagai Quest dengan tingkat kesulitan beragam. Jujur saja, meski pun Quest-Quest ini memiliki cerita yang cukup menarik, tetapi sebenarnya request dari para NPC ini terhitung standart untuk game RPG seperti mencari barang, mengalahkan monster, hingga mencari orang tertentu. Meski pun demikian, menjalankan Quest-quest ini adalah kegiatan yang sangat vital untuk dilakukan. Kenapa? Karena dengan menjalankan Quest-Quest ini bisa membuat Lightning semakin kuat dengan memberi kenaikan statistik seperti kekuatan fisik, atau pun kekuatan magic. Yup, Bahasa RPG nya metode grinding game ini adalah dengan menjalankan quest.

Quest Grinding
Semakin banyak menyelesaikan Quest, Lightning akan semakin kuat

Jika Quest menjadi sarana untuk Grinding, timbul pertanyaan yang tidak terhindari yaitu, apakah fungsi para musuh, jika mereka tidak bisa membuat Lightning menjadi lebih kuat? Jawaban Pertama tentu saja adalah beragam reward mulai dari  uang, drop item hingga ability. Terkesan standart tetapi esensial karena  Equipment seperti Garb akan semakin mahal. Selain itu Quest-Quest dari Chocolina sering kali membutuhkan drop item dari para monster ini untuk dapat diselesaikan.

Pentingnya melawan musuh-musuh ini berikutnya adalah untuk mengisi Energy Point (EP) bar. EP ini dibutuhkan untuk mengeksekusi EP abilities sangat berguna baik dalam pertempuran atau pun di luar pertempuran. Misalnya dalam pertempuran, kita membutuhkan 1 EP untuk melakukan Overclock, yaitu keadaan dimana gerakan musuh Lightning menjadi sangat lambat, tetapi tidak berpengaruh terhadap gerakan Lightning.  Penggunaan EP paling esential justru saat di luar pertempuran yaitu untuk mengaktifkan  Teleportation yang membuat Lightning mampu berpindah dalam waktu singkat sehingga menghemat banyak waktu. Oh ya, kita hanya bisa mengumpulkan maksimal 8 EP, jadi mau tidak mau kita kudu melakukan pertempuran.

EP
Energy Point (EP) juga bisa menjadi alternatif untuk recovery

Keempat dan yang paling penting dan mempengaruhi permainan seluruhnya adalah manajemen waktu. Secara teori, memang kiamat akan terjadi dalam 13 hari,  faktanya adalah kita hanya diberi sekitar 7 hari dulu. Untuk menunda kiamat ini, kita kudu mengumpulkan Eradia, yaitu entitas spiritual yang mewakili jiwa-jiwa yang diselamatkan oleh Lightning dengan menyelesaikan beragam Quest yang diberikan.  Semakin penting dan sulit Quest yang kita jalankan,  semakin banyak tambahan waktu yang diberikan. Meski pun demikian, perlu diingat kalau semakin sulit quest maka semakin banyak waktu yang kita habiskan, belum lagi beberapa Quest hanya bisa dijalankan di waktu-waktu tertentu. Jadi mau tidak mau kita harus memilih Quest mana yang menjadi prioritas dengan mempertimbangkan tidak hanya tingkat kesulitan tetapi juga efisiensi waktu.

Time limit
Kita hanya diberi maksimal 13 hari untuk bermain sebelum ending

Saking esentialnya penggunaan waktu ini, kita kudu memilih Schemata terbaik untuk mempercepat pertempuran sehingga mempercepat terisinya EP, sehingga kita bisa menggunakan teleportation untuk segera menuju ke lokasi di dekat quest. Oh ya, tidak seperti game modern yang dengan enaknya memberi tag lokasi Quest, kita harus mencari sendiri lokasi terjadinya Quest, karena itu mau tidak mau kita kudu menghafal peta di setiap lokasi di dunia game ini. Untungnya, Square Enix masih cukup berbaik hati dengan tetap memberi tahu lokasi Main Quest yang memberi dampak signifikan dalam upaya menyelamatkan jiwa-jiwa ini.

teleportation
Teleportation akan sangat membantu untuk menghemat waktu


Jika kita melewati 13 hari ini, maka mau tidak mau permainan akan berakhir dimana  1 hari game sekitar 1 hingga 3 jam waktu nyata tergantung tingkat difficulty yang kita pilih. Dengan keterbatasan waktu ini, di satu sisi meningkatkan adrenalin dan keseruan karena terasa sangat urgent dan membuat kita berupaya memaksimalkan kemampuan kita. Di sisi lain, membuat gameplay terasa terburu-buru sehingga kita kesulitan menikmati keindahan dari game ini, baik grafis, musik, atau pun cerita.

 

Keindahan yang suram

Ironis. Mungkin itu kata yang harus saya katakan terhadap Lightning Returns. Di saat cerita utamanya terlalu mudah ditebak, dia malah membawa konsep Open World yang sangat membebaskan kita dalam menjalankan quest. Yup, dalam game ini tidak ada patokan anda harus menjalankan Quest yang mana dulu. Anda bisa saja mengikuti insting JRPG dengan mengikuti sebuah keteraturan yang tertanam di alam tidak sadar anda, atau malah anda mau memulai dengan menjelajah dan mengeksplorasi wilayah yang tidak diketahui dahulu juga tidak ada masalah. Intinya dalam 13 hari game,anda punya kendali penuh kemana pun anda pergi, atau melakukan apa. Yang penting setiap jam 6 pagi waktu game, kita harus kembali Ark untuk menyetor Eradia.

Menengok beberapa tahun lalu saat memainkan FFXIII, yang memaksa kita mengikuti alur cerita dan quest  yang sudah disiapkan tanpa ada kebebasan untuk mengeksplorasi dunia yang disajikan hingga chapter menjelang akhir, yang memberi kita waktu untuk grinding sepuasnya, sebelum mengikuti keteraturan lagi. Sungguh tidak nyaman bagi penggemar JRPG, dan menjadi sumber kritik utama FFXIII. Untungnya kualitas cerita FFXIII bisa dibilang jauh  menarik, dan  berkesan bagi saya dibandingkan dengan Lightning Returns.

Kembali ke Lightning Returns, konsep Open World membuat kita bebas menjelajahi 4 wilayah yang diberikan. Tentu saja ke 4 wilayah itu memiliki keunikan, dan keindahan tersendiri yang menarik untuk dijelajahi. Misal Luxerion, kota urban dimana terjadi konflik antar kultus. Yusnaan, kota yang selalu berpesta. Wildland, wilayah alam liar yang penuh dengan flora fauna, dan Dead Dunes, padang gurun yang penuh rahasia.

Luxerion
Luxerion

Kerennya, ke empat wilayah itu memiliki sebuah kesamaan, yaitu suasana yang terkesan suram, putus asa, gelap , frustasi, dan bermuram durja. Tidak hanya ditampilkan secara grafis dan animasi, tetapi juga melalui interaksi dengan NPC dalam menjalani hidup mereka yang selalu terancam oleh chaos dan menjelang kiamat. Ditambah lagi dengan background music yang tepat dalam membangun suasana.

Tentu saja konsep open world ini membawa konsekuensi yaitu sedikitnya cutscene-cutscene yang indah, dan memorable yang disebabkan dengan porsi cerita utama yang kurang dalam, dan hanya terbatas pada quest-quest utama saja.

Selain itu, Open world ini tidak dimanfaatkan dengan baik dengan tidak adanya fitur-fitur yang membuat game ini lebih menyenangkan, misal dengan menyuntikan aneka mini game. Semua hanya difokuskan kepada keperluan Lightning dalam menjalankan tugas, seperti tempat makan, membeli senjata, memperkuat magic , dan membeli Garb.

Chocobo
Setidaknya kita masih bisa naik Chocobo


Secara grafis saya tidak memiliki banyak keluhan seperti yang diharapkan dari game AAA yang menyandang nama Final fantasy kecuali animasi Loading Screen penuh tekstur indah yang cukup membuat pusing  

Sebenarnya ini selera personal saja, tetapi menurut saya beberapa Garb terlalu terbuka dan serasa tidak cocok dengan kepribadian Lightning yang dingin, keras  tomboyish dan tegas. Herannya Garb-garb ini memiliki default ability yang cukup berguna dalam pertempuran.  Yah anggap saja fans service

 

Summary

Lightning Returns: Final Fantasy XIII adalah sebuah sekuel yang bertujuan menutup franchise Final Fantasy XIII yang harus diakui kurang memberikan impact, dan kenangan dari segi cerita yang terlalu generik, dan cukup mudah ditebak. Penutup franchise yang akan mudah terlupakan. Akan tetapi sejak awal saya sudah menanamkan mindset bahwa cerita Final Fantasy XIII sudah ditutup di game pertama. Saya menganggap kalau Lightning Returns adalah sebuah JRPG simulasi Juru Selamat yang meminjam asset dari FFXIII.

Dampaknya adalah saya bisa lebih menikmati game ini, bahkan saya menemukan cara terbaik untuk menikmati cerita dari Lightning Returns, yaitu ikut memperhitungkan cerita-cerita Side Quest sebagai bagian dari Main Story, sehingga membuat peran Lightning sebagai Juru Selamat tidak sekedar kaleng-kaleng.

Change Style Attack Time Battle sebagai battle sytem yang diusung game ini juga patut diapresiasi. Sebuah battle system tidak sekedar mempercantik tampilan Lightning setiap berganti Schemata, tetapi juga memberikan dampak dalam pertarungan dengan keunikan setiap Schemata yang bebas di-customize dengan berbagai equpment, dan ability.

Battle system ini membuat game ini serasa seperti Action RPG yang membuat kita aktif dalam menekan tombol, dan berpikir dengan cepat, dan taktis untuk mengatasi musuh. Sayangnya, gerakan karakter utama yang tidak luwes dan bebas membuat battle system ini terasa nanggung dan mau tidak mau kita perlu mengandalkan Ability guard untuk  bertahan, dan meminimalisir damage dari musuh.

Adanya batasan maksimal 13 hari untuk menyelesaikan game mau tidak mau membuat kita harus membuat segalanya seefektif dan seefisien mungkin, termasuk pemilihan Quest, penyusunan Schemata, dan pemanfaatan EP. Belum lagi dengan keterbatasan Recovery Item yang bisa kita bawa hanya sekitar 6 buah. Di sisi lain, keterbatasan waktu ini seperti memaksa kita untuk buru-buru menyelesaikan setiap Quest, sehingga kita kurang bisa menikmati keindahan dunia, dan cerita Quest.

Konsep Open world yang disajikan Lightning Returns memang tidak sempurna, tidak banyak yang bisa kita lakukan selain membeli makanan, Equipment, meningkatkan magic dan menjalankan Quest. Belum lagi konsep ini berdampak dengan sedikitnya Cutscene-cutscene yang ikonik, tetapi dengan keberanian menyandang nama besar Final fantasy, tetap saja   kita diberikan  lingkungan yang indah, dan memiliki suasana yang suram, gelap, dan frustasi yang menggambarkan bagaimana keadaan dunia menjelang kiamat. Belum lagi latar belakang musik yang dibawakan juga menambah kesuraman.

Saya hanya bisa memberi nilai Good Enough dari Master Piece




Mengenai Saya

Foto saya
Saya seorang pekerja swasta di Bidang Teknologi Informasi terutama Game Industry. Saya menggunakan Blog sebagai penyaluran minat saya. Sekedar informasi, Foto Profil itu foto saat SMA medio 2005 an

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.