Apa yang kalian ingat saat mendengar nama LJN? Apakah sebuah Perusahaan mainan yang sukses menggandeng nama-nama besar industri hiburan untuk bekerja sama dalam mengembangkan mainan, dan game? Atau kah sebuah Publisher Game untuk game-game era 80 an dan 90 an yang mendapatkan ulasan buruk?
Jika kalian mengikuti Angry
Video Game Nerd (AVGN) di channel Youtube, Cinemassacre tentu akan
teringat pada pilihan kedua. Itu wajar karena sang pembawa acara, Nerd (James
Rolfe) kerap kali mencak-mencak saat mengulas game-game yang dirilis oleh LJN
saking buruknya kualitas dimiliki.
Sebenarnya
menyalahkan LJN sepenuhnya atas buruknya kualitas game mereka tidak adil karena
sebenarnya Perusahaan yang didirikan tahun 1970 oleh Jack Friedman ini adalah
publisher yang bekerja sama dengan beberapa developer terkenal macam Atlus,
Beam software, dan Rare untuk menggarap game-game yang berdasarkan serial TV
dan film.
Entah
apa yang terjadi di dapur produksi. Akan
tetapi karena logo Pelangi LJN tertempel jelas di halaman cover game dan
kerap muncul layar pembukaan game, maka mau tidak mau LJN menjadi ladang
hujatan para gamer bahkan hingga saat ini padahal LJN sendiri sudah lama
dibubarkan pada 1995 oleh Acclaim selaku pemiliknya.
Meski
pun identik dengan game-game berkualitas buruk, nyatanya ada segelintir
game-game LJN yang cukup layak untuk dimainkan, terutama setelah dibeli oleh
Acclaim pada tahun 1990. Di Era 16 Bit ini, LJN berfokus menjadi publisher game
sepenuhnya setelah divisi mainannya dibubarkan oleh Acclaim. Mungkin inilah
kenapa game-game LJN mendapatkan sedikit peningkatan kualitas.
Setelah
melakukan seleksi yang ketat dan penyiksaan diri, kami memilih 5 game LJN di
platform Super NES yang masih cukup layak dimainkan, meski pun jauh dari kata
game terbaik di platform tersebut.
WWF RAW
LJN dipercaya merilis 3 game gulat profesional World Wrestling Federation
(WWF) di Super NES, yaitu WWF Super Wrestlemania (rilis 1992), WWF Royal Rumble
(1993), dan WWF RAW (1994). Di antara ketiganya, WWF RAW bisa dikatakan yang
terbaik, dan menyempurnakan 2 game sebelumnya.
Game yang mampu dimainkan hingga 4 orang ini pun memiliki berbagai macam
mode permainan mulai dari one on One, Tag team, Survival, bahkan Royal Rumble.
Tentu saja variasi mode permainan ini membuat player tidak sabar untuk
mencobanya, terutama Royal Rumble dimana dalam 1 ring ada 6 roster saling
bertarung.
Bicara soal roster pegulat, game ini memiliki 12 roster pegulat yang
terkenal pada jamannya seperti The Undertaker, Shawn Michael, Lex Luger, dan
Diesel dimana setiap roster memiliki gerakan yang khas lengkap dengan gerakan
pamungkas yang memberi damage besar pada lawan. Gerakan-gerakan itu tersebut juga tampil cukup smooth.
Kendala utama game ini adalah saat terjadi momen adu kuat-kuatan antar
pegulat yang memaksa kita melakukan button smashing yang cara mengeksekusinya membingungkan.
Hal ini bahkan membuat kami harus mencari cara mengatasi masalah ini di
internet
Design karakter game ini sebenarnya dirancang dengan cukup baik apalagi mereka tidak ikut-ikutan trend “Mortal Kombat-like” yang sedang booming waktu itu. Hanya saja semua karakter pegulat dalam game ini memiliki tinggi yang sama. Padahal kenyataannya beberapa roster memiliki perbedaan tinggi yang signifikan.
T2 The Arcade Game
Sebenarnya LJN dipercaya untuk merilis 2 game Terminator 2 pada era SNES
ini yaitu Terminator 2: The Judgment Day dan T2 The Arcade Game. Sayangnya
judul pertama meneruskan tradisi lama LJN yaitu mendapatkan ulasan buruk.
Bagaimana dengan T2: The Arcade Game? Anehnya di balik gameplaynya yang
monoton dan sederhana, game light gun hasil porting dari game Arcade ini malah
tampil cukup solid.
Dalam game ini, player akan menjadi sepasang cyborg T-800 yang berhasil
direkayasa ulang untuk membantu manusia dalam melawan serangan para robot.
player harus bertahan hidup sambil menghabisi para robot yang terus berdatangan
dengan menembaki mereka baik dengan machine gun mau pun rocket launcher.
Sebagai game Light gun, sebenarnya sangat disarankan menggunakan super
Scope untuk mempermudah membidik setiap lawan, akan tetapi jika tidak
memungkinkan, joystick biasa pun tetap bisa digunakan.
Kerennya, game ini dirancang cukup ramah untuk pemakai joystick. Mulai
dari gerakan crosshair yang smooth meski pun menggunakan D-Pad joystick, atau
posisi musuh yang mudah dijangkau dengan cepat. Selain itu damage yang
diberikan musuh kepada player juga terhitung kecil.
Yang tidak habis pikir adalah warna crosshair mirip dengan warna beberapa
bangunan sehingga tidak jarang player akan ‘kehilangan’ Crosshair. Selain itu
damage area Crosshair juga terlalu kecil, sehingga player akan kesulitan
membidik dengan tepat musuh yang berada di jarak jauh.
Spiderman & Venom: Maximum Carnage
Salah satu hal yang patut dikagumi dari LJN adalah bagaimana mereka bisa
bekerja sama dengan nama-nama besar industri hiburan. Salah satunya adalah
Marvel yang mempercayakan karya-karya besarnya seperti Spiderman dan X-men
untuk diadaptasi menjadi game pada era 80’an dan 90’an.
Spiderman & Venom: Maximum Carnage adalah game side scrooling beat’em
up yang berfokus pada kisah Spiderman yang harus bekerja sama dengan Venom dan
para pahlawan lainnya untuk mengatasi Carnage, Shriek, dan super Villain
lainnya. Dalam game ini Spiderman, dan Venom akan menjadi playable character
dimana dalam beberapa stage kita bisa memilih salah satu dari keduanya.
Sedangkan para pahlawan Marvel lainnya akan bertindak sebagai support yang bisa
dipanggil untuk membantu penyerangan, atau penyembuhan.
Grafis 2D dari game ini masih cukup bagus bahkan untuk dimainkan pada
masa kini apalagi ditambahi beberapa efek komik membuatnya semakin menarik.
Kontrol juga smooth dan mudah dipelajari.
Meski pun areanya cukup sempit, tetapi masih ada cukup ruang untuk spiderman
untuk bergelantungan, dan bermain jaring untuk mengalahkan setiap lawan yang
menghadang.
Cutscene dalam game ini ditampilkan dengan gaya slide-slide komik yang membuat player seolah-olah membaca komik. Sebuah konsep yang bagus meski pun dalam eksekusinya malah membuat player bingung dengan ceritanya, apalagi tulisan-tulisan dalam cutscene ini terlalu kecil dan tidak nyaman untuk dibaca.
Masalah besar dari game ini adalah semakin jauh kita main, kita akan
sadar bahwa kita hanya akan melawan boss, dan mini boss yang itu-itu saja.
Bedanya adalah semakin tinggi level, boss dan mini boss sebelumnya akan dirapel
untuk mengeroyok karakter yang player gunakan. Misal di stage 4, player tidak
hanya akan melawan boss stage 4 tetapi juga boss dari stage 1 sampai 3.
Strategi ini rupanya dipakai untuk memperpanjang durasi setiap stage yang
memang relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan game Beat’em up lainnya.
Dampaknya adalah semakin jauh player main bukannya termotivasi untuk menamatkan
game ini malah akan kebosanan karena melawan musuh yang itu-itu saja
Alien 3
Alien adalah salah satu franchise yang tidak hanya populer tetapi juga berpengaruh besar pada genre Science Fiction. Berkisah tentang teror yang dilakukan oleh makhluk luar angkasa yang mengancam kehidupan manusia. Franchise ini juga melahirkan karakter-karakter iconic seperti sang Alien sendiri yaitu, Xenomorph dan tentu saja karakter utama Ellen Ripley yang diperankan oleh Sigourney Weavers.
Bagi generasi 80’an dan 90’an, Alien
menjadi salah satu film horor yang sukses mengganggu tidur mereka. Nah mempercayakan penggarapan game adaptasi
film ketiga Alien kepada LJN apakah menjadi mimpi buruk lainnya? Nyatanya tidak
Alien 3 adalah game Side scrooling
shooter dimana player akan berperan sebagai sang ikon, Ellen Ripley yang
kembali diteror oleh alien. Dalam menyelesaikan setiap stage game ini, Ripley
harus mengerjakan berbagai macam misi mulai dari menyelamatkan sandera,
memperbaiki saluran pendinginan, hingga menghancurkan sarang alien. Untuk
mengatasi para alien yang berkeliaran, Ripley akan diberi 3 macam senjata yaitu
Rifle, Flame thrower, dan granat.
Dalam menyelesaikan setiap misi,
player harus membaca details setiap misi, dan lokasi misi tersebut dalam
terminal komputer yang tersebar di beberapa tempat. Meski pun menuntut player
yang tidak bisa membaca map untuk bolak-balik mengecek terminal, lokasi setiap
misi cukup akurat dan up to date sehingga player bisa mengetahui sejauh mana
progressnya dalam menyelesaikan misi.
Design area bermain pun dibuat tidak
monoton, dan banyak rintangan yang menantang. Belum lagi keterbatasan amunisi
membuat player mau tidak mau harus memperhitungkan penggunaan setiap senjata,
dan rajin mencari cadangan amunisi.
Secara umum, kontrol dalam game ini
memang cukup solid, kecuali gerakan merunduk yang terasa kurang mulus. Padahal
gerakan ini sangat vital karena banyak alien yang kudu diserang dengan cara
merunduk. Selain itu, gerakan melompat pun juga cukup aneh meski pun tidak
begitu mengganggu.
Game ini sebenarnya cukup sulit
apalagi Ripley hanya diberi modal 1 Life Bar, akan tetapi tenang saja karena
game ini juga menyimpan sistem password yang memuat beberapa cheat yang sedikit
banyak membantu permainan kita, meski pun untuk mengakses fitur password ini agak
ribet.
True Lies
True Lies adalah adaptasi dari film
action berjudul sama yang dibintangi Arnold Schwarzenegger dan disutradarai
oleh James Cameron. Dalam game Top-View run and gun ini, player akan berperan
sebagai Harry Tasker yang diberi tugas memberantas jaringan teroris.
Player akan dibekali berbagai macam
senjata api seperti pistol, shotgun dan uzi yang bisa diganti sewaktu-waktu.
Selain itu, player juga mampu melakukan dodge untuk menghindari serangan musuh
dan kemampuan mengunci tembakan pada 1 arah.
Dari segi grafis, True Lies memiliki
aset-aset 2D yang cukup kaya dan details, sehingga design sebuah area terlihat
tidak membosankan, dan tidak monoton seperti gameplay dari game ini yang
seperti game run and gun standart.
Dari segi cerita sebenarnya standart saja, dan lurus-lurus saja jadi
cukup mudah dimengerti. Tipikal cerita agen rahasia melawan teroris.
Dari segi difficulty, selain cukup
sulit, tantangan game ini adalah keharusan player untuk tidak menembak NPC
sipil yang tidak bersenjata atau ia akan menerima hukuman.
Masalahnya NPC sipil itu banyak yang
berkeliaran dan jalan santai padahal sedang ada tembak-tembakan, seperti tidak
ada kepanikan. Ini diperburuk dengan tidak adanya crosshair yang membantu
player membidik.
Kerennya True Lies adalah dia memiliki fitur
Password yang mudah diakses. Seperti pada Alien 3, fitur password ini berisi
beragam cheat yang akan membantu dalam menyelesaikan game ini. Dengan
konsekuensi akan diolok-olok sebagai cheater oleh salah satu NPC.
Itulah 5 game LJN di Super NES yang
menurut pendapat kami cukup layak untuk dimainkan meski pun masih ada cukup ruang
untuk dicela. Memang game-game LJN tidak dapat memberikan kualitas game yang
mumpuni seperti game-game Super NES terbaik, tetapi patut diingat bahwa tanpa
kerja keras LJN dalam menjalin kerja sama dengan nama-nama besar industri
hiburan, mungkin akan ada sedikit game-game adaptasi dari nama-nama besar
tersebut.
mantap mas mar
BalasHapus