• image01

    Game

    Review

  • image02

    Game

    Making

  • image03

    Personal

    Opinion

  • image04

    Retro

    Gaming

  • image05

    Movie

    Talk

  • image06

    Wayang

    Stories

  • image07

    Pop

    Culture

4 Desember 2023

Mengenang Manga “Big 3 jaman baheula” di Indonesia

 

            Para penikmat manga dan anime pada tahun 2000 an dan 2010 an pasti akan ingat dengan istilah “Big 3”.  Istilah ini dipakai untuk 3 judul manga yang sangat mendominasi baik secara kepopuleran mau pun secara komersial di seluruh dunia. Ketiga manga tersebut adalah One Piece karya Eichiro Oda, Naruto karya Masashi Kishimoto, dan Bleach karya Tite Kubo.



            Saking populernya ketiga manga itu, penulis yakin orang-orang yang awam dunia animanga setidaknya mengenal salah satu dari ketiganya. Contoh yang paling jelas adalah Naruto yang sejak tahun 2002-an masih sering tayang di TV.

            Penulis tidak akan membahas lebih dalam soal “Big 3” ini.  Sebaliknya, penulis sebagai pembaca komik sejak tahun 90’an akan mengajak pembaca untuk mengenang manga “Big 3 jaman Baheula”

            Yup, penulis akan membahas soal Doraemon karya Fujiko F Fujio, Dragon Ball karya Akira Toriyama, dan Kungfu Boy karya Takeshi Maekawa.

Ketiga manga yang layak mendapat predikat “Big 3 jaman baheula”, khususnya di Indonesia karena jasa ketiganya dalam mempopulerkan manga di tengah persaingan komik era 90’an di Indonesia antara komik Amerika, komik Eropa, dan Manga.

 Ketiganya juga membuka jalan bagi manga-manga lain yang pada akhirnya membuat Manga berhasil mendominasi peredaran komik di Indonesia hingga sekarang.

 

Doraemon (Fujiko F. Fujio)

            Siapa yang tidak tahu robot kucing ( baca: Luwak) biru ini? Robot yang datang dari abad 22 ini datang ke abad 20 untuk membantu Nobita, seorang anak kelas 5 SD yang akan jadi orang “gagal” di masa depan.

            Dengan kantong ajaib atau istilah kerennya kantong 4 Dimensi, Doraemon akan mengeluarkan alat-alat canggih dari abad 22 yang akan membantu Nobita dalam kesehariannya yang dipenuhi tekanan khas anak kelas 5 SD yaitu nilai jelek, dimarahi orang tua, dan dibully teman sepermainan.



            Jika ditanya manga pertama yang penulis sukai, maka penulis akan dengan mantab jiwa menjawab Doraemon. Kenapa?

            Pertama, kehidupan Nobita sebagai anak SD masih sangat related dengan kehidupan anak-anak tahun 90’an. Mulai dari dimarahi orang tua karena nilai jelek, iri dengki dengan teman-teman yang punya barang up to date atau berkelahi dengan teman. Bedanya, karena penulis tidak punya Doraemon, semua masalah itu hanya bisa dihadapi dengan sabar, ikhlas, rajin belajar, ikut les mata pelajaran, belajar menabung, dan cari teman yang lebih kuat.

Kedua, Doraemon berhasil membawakan cerita yang ringan, mudah diterima oleh segala kalangan dan imajinatif. Kita bisa membayangkan bagaimana jadinya jika alat yang canggih dari masa depan dipakai (dan disalahgunakan) oleh anak SD. Hasilnya tidak hanya kacau tetapi juga konyol dan lucu.

Ketiga, Doraemon memiliki versi Doraemon Petualangan yang memuat cerita yang lebih panjang dan lebih kompleks, tetapi tetap khas Doraemon. Versi petualangan ini juga mengajak  kita menelusuri berbagai macam kebudayaan di dunia, berbagai peradaban yang tersembunyi, berbagai jaman, hingga berbagai planet yang imajinatif.

Kesuksesan Doraemon di Indonesia tidak hanya ditunjang oleh Manga saja, tetapi juga kepopuleran anime yang tayang di salah satu TV swasta setiap hari minggu jam 8. Salah satu anime dengan penayangan terlama di Indonesia, dan masih bisa dinikmati oleh semua kalangan.

            Doraemon sekarang sudah menjelma menjadi pop culture yang mendunia. Penggemarnya mungkin tidak “berisik” di dunia maya , dan tidak sebanyak fans animanga lainnya, tetapi senjata nostalgia yang dibawanya tetap mampu menumbuhkan inner child di hati setiap penggemar atau mantan penggemarnya yang beranjak tua.

 

Dragon Ball (Akira Toriyama)

            Dragon Ball berkisah tentang Petualangan Songoku dan Bulma dalam mencari 7 Bola Naga yang bisa mengabulkan segala keinginan. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan teman  baru, antara lain Ur Long, babi mata keranjang yang bisa menyamar jadi apa saja, dan Yamcha yang takut wanita. Selain itu, mereka harus bersaing dengan Pilaf dan gengnya yang juga mengincar Dragon Ball.



            Dragon Ball yang sebenarnya terinspirasi dari kisah Perjalanan ke Barat ini juga memperoleh kepopuleran yang besar di Indonesia pada era 90’an. Semua itu ditunjang oleh petualangan yang asyik yang dipenuhi dengan adegan pertarungan yang seru, dan terkadang konyol.

            Selama peredaran manganya pada tahun 90 an , Dragon Ball terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Dragon Ball, dan sekuelnya langsung Dragon Ball Z. Keduanya dipisahkan oleh Time skip yaitu setelah pertarungan Songoku melawan Pikkoro, dan kedatangan Raditz, bangsa Saiya yang mencari adiknya Kakarot.

            Berbeda dengan Dragon Ball yang penuh petualangan menjelajahi tempat-tempat misterius di bumi, Dragon Ball Z melebarkan sayap menjadi petualangan antar planet, dengan pertarungan yang lebih intens yang memiliki skala kerusakan tingkat planet. Momen ikonik dalam Dragon Ball Z tentu saja saat Songoku menjadi Super Saiya saat bertarung dengan Freeza di planet Namec yang akan hancur.

            “Father of Shonen manga”, itu lah julukan yang diberikan para fans Animanga kepada Dragon Ball. Alasan yang masuk akal mengingat pengaruh Dragon Ball yang besar bagi perkembangan manga shonen, termasuk terhadap para mangaka yang nantinya menciptakan “Big 3” di kemudian hari.

            Kerennya, manga Dragon Ball populer di Indonesia pada tahun 90’an tanpa sokongan dari Animenya yang baru tayang di sekitar 1996 di stasiun TV ikan terbang. Selain dari strategi pemasaran yang baik dari pihak Elex dan promosi lewat majalah media cetak, jangan lupakan bagaimana hebatnya peredaran dari mulut ke mulut di tahun segitu.

            Sama seperti Doraemon, Dragon Ball pun juga sudah menjadi pop Culture yang mendunia. Pada 2015, anime Dragon Ball Super yang merupakan kelanjutan cerita Dragon Ball Z tayang dan sedikit banyak kembali membangkitkan hype terhadap franchise ini. Dilanjutkan dengan berbagai movie dan versi manga Dragon Ball Super dimana Akira Toriyama bertindak sebagi penulis dan digambar oleh Toyotaro. Kabar terakhir pada tahun 2024 akan rilis versi anime terbaru berjudul Dragon Ball DAIMA. Sepertinya Songoku menolak menua

 

Kungfu Boy (Takeshi Maekawa)

            Kungfu Boy bercerita tentang Chinmi yang berguru di Kuil Dairin. Setelah menguasai Kungfu Peremuk Tulang, Chinmi berpetualang ke berbagai wilayah China, bahkan akhirnya ikut kejuaraan bela diri di hadapan Kaisar.



            Sebagai manga yang berfokus pada Martial Art, Kungfu Boy berhasil menyajikan scene-scene pertarungan yang intens dengan detail gerakan yang memukau. Penulis masih ingat bagaimana Chinmi dan Shifan harus berhadapan dengan Serigala, atau bagaimana Chinmi harus mati-matian dan babak belur menghadapi petinju dari Amerika Serikat.

            Sebenarnya pada tahun 90 an banyak komik Martial Art yang beredar, terutama komik-komik dari China seperti Tiger Wong, dan Tapak Buddha. Hebatnya, Kungfu Boy berhasil bertahan dalam persaingan bahkan meraih kepopuleran diantara anak-anak 90 an.

            Caranya pun tidak berbeda dengan Dragon Ball, lewat promosi majalah dan penyebaran dari mulut ke mulut diantara anak tahun 90 an. Kerennya, Kungfu Boy hanya disokong oleh 20 episode anime yang bahkan tidak pernah diperbaharui sampai sekarang

            Berbeda dengan Doraemon dan Dragon Ball tidak hanya masih populer dan menjadi Pop culture yang memiliki basis fans kuat. Kungfu Boy saat ini harus terus berjuang di tengah-tengah banyaknya manga martial art dan shonen. Apakah berarti Kungfu Boy menjadi jelek?

            Penulis pernah membaca manga new Kungfu Boy yang merupakan kelanjutan Kungfu boy. Sebenarnya manga ini tetap seru dengan pengembangan cerita yang semakin luas dan kompleks dengan melibatkan skandal skala kerajaan.  

 Dugaan penulis, Kungfu Boy kesulitan menemukan penggemar generasi baru yang lebih  menyukai komik-komik Martial Art terkini. Ditambah lagi tidak ada dukungan dari media lain seperti remake anime.

 

            Demikianlah pembahasan kenangan tentang manga “Big 3 jaman Baheula” di Indonesia. Penulis mungkin melewatkan manga lain yang populer pada masa awal 90’an. Mungkin pembaca bisa melengkapinya dengan membuat artikel opini sejenis.

                         

             

  

0 komentar:

Posting Komentar

Please do not spam and respect each other
Tolong jangan spam, dan saling menghormati

Mengenai Saya

Foto saya
Saya seorang pekerja swasta di Bidang Teknologi Informasi terutama Game Industry. Saya menggunakan Blog sebagai penyaluran minat saya. Sekedar informasi, Foto Profil itu foto saat SMA medio 2005 an

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.